Rabu, 07 November 2012

Sosok dibalik “Sepatu Dahlan”



          Dahlan Iskan, siapa yang tidak mengenal sosok beliau saat ini. Menteri BUMN yang menjadi buah bibir karena keberaniannya mengungkap kasus pemerasan para petinggi DPR terhadap BUMN. Masih segar pula diingatan kita tentang kisah beliau saat menaiki KRL hanya karena tidak ingin terlambat berangkat rapat, menyantap soto di pinggiran jalan, dan hal-hal lain yang jarang sekali dilakukan oleh para pejabat Negara. Beliau lah sosok yang saat ini ditunggu oleh masyarakat Indonesia untuk merubah paradigma tentang pejabat Negara yang terkesan hura-hura dengan membelanjakan keuangan Negara untuk memenuhi pundi-pundi kekayaan masing-masing.

         Lalu, siapakah sebenarnya Dahlan Iskan? Apakah dari keluarga yang memiliki kekayaan melimpah sehingga beliau bisa menjadi menteri BUMN? Bukan!! “Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya”, Ya, kutipan tersebut yang terdapat di halaman awal buku Sepatu Dahlan. Beliau merupakan anak dari keluarga miskin dari kampung Kebon Dalem, Magetan, Jawa Timur. Kehidupan masa kecilnya yang telah menempa dirinya menjadi sosok yang ramah, keras, dan disiplin. Semangat hidupnya begitu keras sehingga meskipun dibelit rasa lapar dan lelah berjalan berkilo-kilometer jauhnya untuk menempuh sekolahnya, Dahlan Islan masih tetap berusaha keras bekerja untuk membantu bapak dan ibunya memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Cita-cita terbesar yang dimiliki Dahlan kecil hanyalah ingin memiliki sebuah sepatu dan sepeda. Mungkin begitu aneh bila kita mendengarnya saat ini, tetapi bagi Dahlan kecil, memiliki sepatu merupakan hal termahal yang sulit dia miliki. Sepatu yang pada saat itu merupakan barang mahal hanya dapat dibeli di kota dengan harga setara dengan dua ekor kambing saat itu.

Mata berkunang-kunang, keringat bercucuran, lutut gemetaran, telinga berdenging. Siksaan akibat rasa lapar ini memang tak asing, Tetapi masih saja berhasil mengusikku. Sungguh aku butuh tidur. Sejenak pun bolehlah. Supaya lapar ini terlupakan. Begitulah kehidupan Dahlan kecil dalam menjalani kehidupannya untuk mencapai mimpi-mimpi serta harapan hidupnya. Ditengah-tengah himpitan kemiskinan, Dahlan kecil masih selalu menyimpan keinginan untuk tetap memiliki sepasang sepatu dan sepeda meskipun untuk makan sehari-hari pun belum ada.

Ibu, merupakan sosok yang begitu dihormati oleh Dahlan kecil dan adiknya. Namun, kematian akhirnya merenggut ibu Dahlan kecil. Keterpurukan karena ditinggal ibunya membuat Dahlan kecil menjadi anak yang pendiam dan selalu menghindar dari bapaknya. Kesedihan semakin mendalam setelah ditinggal ibunya kemiskinan semakin membelit. Bahkan terkadang selama sehari mereka tak makan sesuatu, hanya air tebu sebagai obat pengganti rasa lapar.

Perjuangan Dahlan kecil dalam memperoleh sepasang sepatu begitu hebat. Dengan hasil mengajar bola voli anak-anak pegawai kebun tebu akhirnya Dahlan kecil mampu membeli sebuah sepeda dan dua pasang sepatu, untuk dia dan adiknya. Dahlan kecil juga merupakan sosok yang begitu disegani oleh teman-temannya karena selain pintar, Dahlan kecil juga memiliki kemampuan dalam berorganisasi.

Membaca novel “Sepatu Dahlan”, akan membawa kita dalam alur cerita yang mengalir begitu indah. Ketika Dahlan kecil merasakan kebahagiaan memperoleh sepatu, pembaca akan merasakan kebahagiaan Dahlan kecil. Bahkan, ketika Dahlan kecil kehilangan ibu dan ditinggal kakak perempuannya keluar pulau Jawa pembaca pun seolah merasakan kesedihan yang dialami oleh Dahlan kecil. Buku yang harus dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama  kalangan pejabat. Banyak hal yang dapat dipetik dari Buku “Sepatu Dahlan ini”, karena pembaca akan terbawa dengan semangat perjalanan hidup Dahlan kecil yang dapat menginspirasi semua orang.

Selamat membaca ^_^, dan temukan perubahan pada diri setelah membaca novel ini J.